Resensi Film Budi Pekerti


 

Resensi Film Budi Pekerti

 

Sumber: https://images.app.goo.gl/wiikp93NaKSasxMD8

 

Identitas Film

Judul Film : Budi Pekerti

Genre : Drama

Durasi : 1 jam 51 menit

Rating Usia : R13+

Sutradara : Wregas Bhanuteja

Penulis : Wregas Bhanuteja

Penata musik : Yennu Ariendra

Sinematografer : Gunnar Nimpuno

Penyunting : Ahmad Yuniardi

Perusahaan Produksi : Rekata Studio; Kaninga Pictures

Pemeran :

1.      Sha Ine Febriyanti sebagai Bu Prani

2.      Angga Yunanda sebagai Muklas

3.      Prilly Latuconsina sebagai Tita

4.      Dwi Sasono sebagai Pak Didit

5.      Omara Esteghlal sebagai Gora

Tanggal Rilis : 9 September 2023 (TIFF), 25 Oktober 2023 (Jakarta Film Week), 2 November 2023 (Indonesia)

Negara : Indonesia

Bahasa : bahasa Indonesia dan bahasa Jawa

 

 

Sinopsis

Film berjudul Budi Pekerti yang ditayangkan di bioskop pada tahun 2023 dengan sutradara Wregas Bhanuteja kini tengah ditonton oleh banyak khalayak. Film ini dengan tokoh utama Sha Ine Febriyanti sebagai Bu Prani, Dwi Sasono sebagai Pak Didit, Angga Yunanda sebagai Muklas, dan Prilly Latuconsina sebagai Tita. Pada awalnya film ini berkisah bahwa tokoh Pak Didit mengalami kebangkrutan atas bisnisnya yang disebabkan oleh kebanyakan Check Out Otopet. Pak Didit akhirnya mengalami sakit bipolar dan selalu diantar ke rumah sakit oleh Bu Prani. Bu Prani sebagai seorang guru BK yang rencananya akan diangkat menjadi wakil kepala sekolah. Setelah pulang dari sekolah, Bu Prani mengecek kondisi Pak Didit di kamarnya yang hampir saja ingin mati, menyerah karena tidak punya uang untuk berobat. Bu Prani menawarkan makanan yakni Putu Mbok Rahayu. Akhirnya, Bu Prani pergi ke pasar dengan menaiki Otopetnya. Sesampainya di depan Putu Mbok Rahayu, Bu Prani mendapatkan nomor antrian dan antrian tersebut selalu didahului oleh orang lain. Bu Prani menunggu antrian dengan sabar. Akan tetapi, saat itu juga masalah utama timbul dari Bu Prani. Bu Prani menasehati seorang bapak-bapak yang menyerobot antrian putu. Namun, bapak tersebut tidak terima apabila bu Prani mengatakan bapak tersebut menyerobot antrian. Akhirnya bu Prani memunculkan emosi dan mengatakan “Ah, sui”. Saat itu juga orang-orang disekitar yang sama-sama membeli putu memvidio atas keributan tersebut, dan di dalam video itu terdengar bahwa Bu Prani mengatakan “Asui”. Vidio tersebut viral tersebar di mana-mana hingga siswa dan pihak sekolah sudah mengetahui. Dari hal tersebut, lembaga yang menyeleksi Bu Prani untuk pengangkatan menjadi wakil kepala sekolah sangat mempertimbangkan. Muklas dan Tita sebagai anaknya Bu Prani membantu untuk mencari jalan keluar dalam permalahan ibunya. Berkat bantuan dari kedua anaknya, masalah tentang vidio Bu Prani yang sempat viral ditempat Putu Mbok Rahayu akhirnya mereda.

Akan tetapi, masalah demi masalah yang bersangkutan dengan Bu Prani muncul lagi. Pada dulunya, Bu Prani memiliki salah satu siswa bernama Gora. Ia sangat nakal ketika di sekolah, suatu ketika Gora mendapatkan hukuman dari Bu Prani sebagai tukang gali kubur. Hukuman tersebut dilaksanakan oleh Gora sembari nge-Vlog bersama Bu Prani. Video tersebut diunggah di akun sosial media milik Gora. Pada akhirnya video tersebut juga viral dan Bu Prani mendapatkan tuduhan berupa guru psikopat. Pihak sekolah dari Bu Prani juga mengetahui hal tersebut. Bu Prani mendapatkan bantuan dokter psikolog bernama Bu Tunggul untuk sengaja mempertemukan gora dan Bu Prani untuk menyelesaikan masalahnya. Ketika Gora perika di rumah sakit, bertemulah dengan Bu Prani yang sedang mengantar suaminya periksa bersamaan dengan jadwalnya selesai periksa. Saat itu juga tiba-tiba Gora mengajak Bu Prani untuk ngobrol, tetapi pergi ke kuburan. Akhirnya setelah Bu prani bertemu dan berbincang dengan Gora, mereka menemukan titik terang permasalahan. Gora kemudian dipanggil oleh kepala sekolah untuk membuat video dengan alasan bahwa ia tidak terganggu mentalnya, justru dia pergi ke psikolog karena terobsesi dengan kuburan Selanjutnya, pihak sekolah memberikan dua pilihan kepada Bu Prani. Pilihan tersebut yakni Gora membuat video klarifikasi dan diunggah di sosial media atau Bu Prani mengundurkan diri dari sekolah. Bu Prani kemudian memutuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah dan pulang ke rumahnya yang terletak di Kulon Progo.

Kelebihan Film

Film Budi Perkerti menonjolkan keunggulan dalam pengembangan alur cerita yang sangat menarik. Ceritanya mencerminkan dengan sangat realistis kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, khususnya dalam interaksi mereka dengan media sosial. Film ini secara tajam menggambarkan bagaimana masyarakat seringkali mempercayai video yang viral tanpa melakukan pengecekan terhadap kebenaran atau fakta di baliknya. Selain itu, film ini kaya akan nilai-nilai budi pekerti dan mendiskusikan isu-isu seputar kesehatan mental. Dalam aspek komedinya, film ini berhasil mengundang tawa penonton melalui tokoh Muklas yang kocak saat membuat Vlog. Sementara itu, momen-momen mengharukan muncul melalui perjuangan Ibu Prani dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak yang budi pekertinya masih perlu ditingkatkan. Ada pula pesan kuat tentang pengorbanan dari seorang guru yang bersedia mengundurkan diri demi menjaga nama baik sekolah, tanpa merugikan pihak manapun. Aspek sinematografi dan pengambilan gambar film ini sangat memukau, dengan kemampuan untuk menggambarkan keindahan kota Yogyakarta dengan ciri khasnya. Keistimewaan lainnya adalah kehadiran subtitle saat para karakter berbicara dalam bahasa Jawa, memungkinkan penonton yang tidak menguasai bahasa tersebut tetap dapat mengikuti dan memahami cerita.

Kekurangan Film

Akhir dari film ini terasa kurang memuaskan karena hanya menunjukkan adegan ibu Prani dan keluarga pindah ke Kulon Progo, tanpa memberikan resolusi yang lengkap terkait masalah yang dihadapi oleh bu Prani. Hal ini mungkin membuat penonton merasa seperti cerita belum sepenuhnya selesai dan menimbulkan pertanyaan apakah akan ada kelanjutan dalam bagian kedua.Selain itu, kekurangan lainnya terletak pada kurangnya penggunaan backsound lagu di beberapa adegan. Penggunaan backsound lagu dapat menambah suasana dan emosi penonton dalam beberapa scene penting, namun sayangnya, film ini tidak selalu memanfaatkannya dengan optimal. Kekurangan lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan kata-kata kasar dalam film ini, membuatnya kurang cocok untuk ditonton oleh anak-anak di bawah umur. Sebaiknya, film ini lebih memperhatikan penggunaan bahasa agar dapat dinikmati oleh berbagai kelompok usia tanpa mengorbankan kualitas cerita.

Kesimpulan

Film ini sangat relevan bagi semua kalangan penonton, kecuali untuk anak-anak di bawah umur, karena mengangkat isu-isu permasalahan yang sedang aktual. Kesesuaian film ini untuk ditonton saat ini sangat nyata mengingat rendahnya moral masyarakat dalam berinteraksi di media sosial. Film ini memiliki kelebihan dalam memberikan pelajaran tentang cara bijak bermedia sosial. Pelajaran tersebut meliputi kehati-hatian dalam memberikan komentar, kewaspadaan dalam membaca konten di media sosial untuk menghindari salah persepsi, dan ketahanan terhadap pengaruh hal-hal viral yang belum dapat dipastikan kebenarannya.

Komentar

  1. ga heran kalo filmnya dapet banyak penghargaan

    BalasHapus
  2. udah nonton juga, filmnya bagus, tapi nggantung😭

    BalasHapus
  3. filmnya bagus, banyak mengandung pesan moral, tapi sayang banget endingnya masih gantung

    BalasHapus
  4. filmnya emang bagus, terdapat pesan yang dapat diambil juga

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis drama Orang-Orang Di Tikungan Jalan Karya W.S Rendra

Analisis Drama Kisah Cinta dan Lain-Lain karya Arifin C.Noer

Analisis Malam Jahanam karya Motinggo Boesje