Analisis Puisi Mei Karya Joko Pinurbo
Mei
Tubuhmu
yang cantik, Mei
Telah
kupersembahkan kepada api
Kau
pamit mandi sore itu
Kau
mandi api.
Api
sangat mencintaimu, Mei
Api
mengecup tubuhmu
Sampai
ke lekuk-lekuk tersembunyi
Api
sangat mencintai tubuhmu
Sampai
dilumatnya yang cuma warna
Yang
cuma kulit yang cuma ilusi
Tubuh
yang meronta dan meleleh dalam api, Mei
Adalah
juga tubuh kami.
Api
ingin membersihkan tubuh maya
Dan
tubuh dusta kami dengan membakar habis
Tubuhmu
yang cantik, Mei
Kau
sudah selesai mandi, Mei
Kau
sudah mandi api
Api
telah mengungkapkan rahasia cintanya
Ketika
tubuhmu hancur dan lebur dengan tubuh kami
Ketika
tak ada lagi yang mempertanyakan
Nama
dan warna kulitmu, Mei.
Karya : Joko Pinurbo
Analisis puisi Mei
1.
Diksi
Kata-kata dalam puisi “Mei” karya Joko
Pinurbo memiliki makna lugas yang mudah dipahami pembaca. Setiap baris yang
disajikan pada puisi ini di dalam empat bait memiliki diksi yang sering
digunakan dalam keseharian seperti kata mandi,
membersihkan tubuh, membakar dan sebagainya. Penyair sengaja memilih judul “Mei” untuk
menimbulkan makna yang multitafsir atau bermakna ganda. Mei bisa saja merupakan
nama seorang gadis yang hidup di zaman dahulu, namun jika penyair menganggap
Mei merupakan personifikasi waktu (bulan Mei) pada tahun 1998 maka dapat
ditafsirkan tragedi bangsa ’98 yang menimbulkan kerusuhan dan penjajahan yang
berakibat kerusakan serta pembakaran habi-habisan di berbagi tempat di
Indonesia tak terkecuali Jakarta.
Penyair menggunakan kata-kata untuk
mengungkapkan sesuatu yang dinamakan makna konotatif. Penggunaan kata konotatif
digunakan untuk menciptakan efek estetis dalam puisi. Pada puisi berjudul
“Mei”, penyair menekankan dalam menggunakan kata konotatif seperti kata api yang digambarkan sebagai perusak
segalanya yang dikonotasikan melumat seorang Mei. Namun, yang dihancurkan (dilumatnya)
“Cuma warna, Cuma kulit, dan Cuma ilusi”
jadi yang dibakar para perusuh itu bukanlah esensi manusia, melainkan hanya
kulit luar dan bayangan saja. Kalimat gagasan ini dipertegas lagi dalam
larik-larik berikutnya “Api ingin
membersihkan tubuh maya/ dan tubuh dusta kami dengan membakar habis tubuhmu
yang cantik, Mei”.
2. Pencitraan
atau Imajinasi
Citraan dalam karya sastra berperan
untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Citraan kata meliputi
penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikira,
ide, pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Pada puisi
berjudul “Mei” karya Joko Pinurbo memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji
pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan ini didominasi oleh
citraan penglihatan sebab pemilihan katanya merupakan “api” yang identic dengan
pencahayaan sehingga mampu dilihat secara visual.
·
Citraan penglihatan / yang bisa dilihat
oleh pembaca
Tubuhmu
yang cantik, Mei
Api
mengecup tubuhmu
·
Citraan gerak
Kau
pamit mandi sore itu
Api
mengecup tubuhmu
Sampai
dilumatnya yang cuma warna
Tubuh yang meronta dan
meleleh dalam api, Mei
Dan tubuh dusta kami
dengan membakar habis
Api telah mengungkapkan
rahasia cintanya
3. Persajakan
Pada puisi “Mei” terdapat persajakan
yang sama yakni pada bait ke 2 dengan sajak a-b-a-b. Akan tetapi sajak tersebut
tidak selalu sama dalam setiap bait. Kemudian untuk sajak pada bentuk puisi
“Mei” terdapat pada setiap awal bait terdapat pengulangan kata sapaan Mei untuk menguatkan judul. Selain itu
juga terdapat pengulangan frasa yang cuma
pada bait ke 2 yaitu sampai
dilumatnya yang cuma warna/ yang cuma kulit yang cuma ilusi sehingga
menimbulkan gelombang bunyi yang teratur.
4. Gaya
bahasa atau Majas
Pada puisi berjudul “Mei” karya Joko
Pinurbo menggunakan berbagai majas, yakni :
·
Majas metafora :
Ketika
tubuhmu hancur dan lebur dengan tubuh kami
·
Majas personifikasi :
Api
sangat mencintaimu, Mei
Api
mengecup tubuhmu
Api sangat mencintai
tubuhmu
Sampai dilumatnya yang
cuma warna
Yang cuma kulit yang
cuma ilusi
·
Majas hiperbola :
Ketika
tubuhmu hancur dan lebur dengan tubuh kami
·
Majas sinekdoke :
Tubuh
yang meronta dan meleleh dalam api, Mei
Adalah
juga tubuh kami.
5. Tipografi
Pada
puisi berjudul “Mei” karya Joko Pinurbo, tipografi penulisan puisi dibentuk
seperti puisi sederhana pada umumnya. Bentuk puisinya teratur dengan
keteraturan rata pada tepi kiri dan pada setiap bait terdapat jarak untuk
membedakan bait satu dengan bait lainnya. Penyair lebih menekankan puisi pada
esensi daripada karakter puisinya.
Makna
: dari puisi ini terdapat makna mengenai Joko Pinurbo selaku penulis puisi
mngingatkan kembali pada sejarah tragedi di tahun 1998 negara Indonesia yang
kelam banyak ribuan orang tidak berdosa menjadi korban kerusuhan dalam
menjelang jatuhnya penguasa orde baru. Judul Mei diambil dari nama seorang
gadis dari Tionghoa telah tewas karena kekerasan, penembakan, penculikan,
pemerkosaan hingga pembakaran dari tragedi tersebut.
Komentar
: setelah membaca puisi yang berjudul Mei karya Joko Pinurbo, rasa simpati dan
empati saya menjadi ketarik dalam tragedi tahun 1998. Pelajaran yang dapat
diambil untuk dapat diterapkan dalam kehidupan yaitu sebaiknya sesama manusia
kita tidak boleh menyakiti dan menyiksa orang lain, sebab hal tersebut
merupakan perbuatan yang tidak memiliki moral. Selain itu pelajaran yang dapat
saya ambil adalah selalu waspada terhadap sesuatu hal yang dapat membahayakan
diri kita sendiri.
puisi jokpin emang kereeenn
BalasHapuskeren banget
BalasHapuswah jadi terinspirasi nih
BalasHapuspuisinya menarik banget
BalasHapuspuisi Jokpin bagus banget kata-katanyaa
BalasHapusjadi paham diksi dari Puisi Mei nihh
BalasHapusMei, bulan yang indah
BalasHapusPuisi Pak Jokpin emang keren keren banget
BalasHapus