Analisis Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari
Analisis Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari
Sumber: https://images.app.goo.gl/
Sinopsis Novel Di Kaki
Bukit Cibalak menceritakan tentang seorang pemuda bernama Pambudi dari Desa Tanggir pada tahun
1970-an . Pambudi merupakan seorang pemuda berusia 24 tahun bekerja mengurus lumbung Koperasi di Desa
Tanggir. Pambudi memiliki watak
suka menolong dan bekerja keras. Lurah Desa tanggir bernama Pak Dirga yang menurut Pambudi beliau adalah
orang-orang yang curang dan menyalahgunakan pangkatnya untuk kepentingan
pribadi. Pak dirga berwatak
luwes,licik, koruptor, pendendam dan suka iri hati. Pada novel ini mengangkat tema Kehidupan Sosial.
Saat itu ada seorang
perempuan menghampiri Pambudi meminta diberi pinjaman padi untuk berobat keluar
kota, ia adalah seorang nenek bernama mbok
Ralem yang berwatak penyabar
serta pantang menyerah. Akan tetapi, Pambudi tidak dapat meminjamkannya
sehingga Pambudi hanya dapat mengantar mbok Ralem untuk menghadap Pak Lurah. Setelah
diusut, mbok Ralem pernah meminjam padi pada 2 tahun yang lalu namun belum sempat mengganti pinjamannya.
Pambudi tetap bersikukuh
agar mbok Ralem diberi pinjaman untuk proses penyembuhan dari penyakitnya. Akan
tetapi, Pak Lurah tetap pada pendiriannya dengan tidak meminjamkan padi untuk
mbok Ralem. Setelah Pambudi merenung akhirnya Pambudi datang ke rumah mbok
Ralem. Namun kedatangan Pambudi membuat kesalahpahaman oleh mbok Ralem karena ia
takut Pambudi datang dengan membawa perintah dari lurah untuk menghukumnya.
Kedatangan Pambudi mengajak
mbok Ralem untuk berobat ke Yogyakarta
dengan syarat harus meminta surat keterangan bahwa Mbok Ralem benar-benar
miskin dan tidak mampu membayar pengobatannya. Tidak lama kemudian mbok
Ralem mendapatkan surat keterangan dan kemudian menyerahkannya kepada Pambudi. Keesokan harinya Mbok ralem dan
Pambudi pergi ke Yogyakarta dengan naik bus. Setelah mereka berdua sudah sampai
di kota Yogyakarta, mereka langsung menuju ke ke rumah sakit.
Dengan dibaluti suasana
menyedihkan, sesampainya di Rumah Sakit,
Pak mantri menegaskan
bahwa pasiennya adalah seseorang yang kurang mampu dan mengharapkan perawatan
gratis, namun pihak rumah sakit tidak bisa memberikan bantuan jika terdeteksi
penyakitnya adalah kanker. Setelah melakukan pengambilan jaringan yang ada di
leher mbok Ralem akhirnya mereka mencari penginapan karena hasilnya akan
diketahui esok hari. Pada keesokan
harinya dokter mengatakan bahwa benjolan yang ada di leher mbok ralem
adalah kanker. Jika diperlukan operasi maka dibutuhkan waktu beberapa hari
untuk mengembalikan kekuatan tubuh mbok ralem yang kekurangan gizi.
Uang yang dimiliki Pambudi
tidak cukup untuk membiayai pengobatan Mbok Ralem kemudian Pambudi berinisiatif
untuk menjual sepeda dan ditambah dengan uang tabungannya karena tekadnya sejak
awal ingin menemani Mbok Ralem sampai sembuh. Pambudi sengaja membeli koran
terbitan Jogja yang bernama kalawarta untuk memasang iklan dompet sumbangan
penghimpunan dana untuk perawatan mbok Ralem.
Syarat-syarat yang diperlukan
dalam iklan telah dipenuhi oleh Pambudi, kemudian naskah iklan tersebut diketik
oleh Pak Barkah yaitu seorang
pemimpin redaksi dan pemilik penerbitan kalawarta yang memiliki watak antusias dan penuh perhatian. Dengan
suasana menyenangkan, setelah penerbitan iklan dompet sumbangan ada 49 orang
yang menyumbang lalu uang tersebut dibayarkan untuk biaya rumah sakit dan sisa
uangnya disimpan oleh pak Barkah. Setelah selesai membantu mbok Ralem, Pambudi
memutuskan untuk menetap di Yogyakarta dan meneruskan pendidikannya. Pambudi
meninggalkan kedua orang tuanya dan seorang gadis bernama Sanis dengan watak pemalu dan
matrealistis. Sebelum Pambudi diterima sebagai mahasiswa ia bekerja di Toko jam
tangan milik Nyonya Wibawa.
Pambudi tidak merenungi kepergian
Sanis karena ternyata anak perempuan dari Nyonya Wibawa menyukainya . Ada banyak
pencapaian dan juga hal buruk yang dialami oleh Pambudi yaitu pada tahun
pertama Pambudi masuk ke Fakultas Teknik. Perasaan sedih dan mengharukan pada
tahun kedua Pambudi mengalami pukulan batin yang ternyata Sanis
menikah dengan Pak Dirga. Kemudian di tahun ketiga Pambudi lulus sebagai
sarjana muda namun Pambudi mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal karena
terjatuh di dekat sumur.
Analisis
Pada novel ini mengangkat tema
Kehidupan Sosial. Novel ini
terdapat tokoh Pambudi yang memiliki watak suka menolong
dan bekerja keras. Tokoh yang kedua ada Pak
Dirga yang memiliki watak luwes,licik, koruptor, pendendam dan suka iri
hati. Tokoh yang ketiga terdapat Mbok
Ralem yang berwatak penyabar serta pantang menyerah. Tokoh
selanjutnya terdapat Pak Barkah yaitu seorang pemimpin redaksi dan
pemilik penerbitan kalawarta yang memiliki watak antusias dan penuh
perhatian. Tokoh yang terakhir terdapat Sanis dengan watak pemalu dan
matrealistis.
Latar
tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di Desa Tanggir tempat dimana
Pambudi itu tinggal. Latar suasana menyedihkan,
sesampainya di Rumah Sakit, Pak mantri menegaskan bahwa pasiennya
adalah seseorang yang kurang mampu dan mengharapkan perawatan gratis, namun
pihak rumah sakit tidak bisa memberikan bantuan jika terdeteksi penyakitnya
adalah kanker. Suasana menyenangkan ketika
setelah penerbitan iklan dompet sumbangan ada 49 orang yang menyumbang lalu
uang tersebut dibayarkan untuk biaya rumah sakit dan sisa uangnya disimpan oleh
pak Barkah. Suasana mengharukan pada
tahun kedua Pambudi mengalami pukulan batin yang ternyata Sanis
menikah dengan Pak Dirga. Latar waktu
yang digunakan adalah pada tahun 1970 saat novel ini diceritakan dan dua tahun
yang lalu mbok Ralem pernah meminjam padi namun belum sempat mengganti
pinjamannya.
Jenis
alur yang terdapat dalam novel ini adalah alur
maju, digambarkan dari kejadian awal Pak Dirga menjabat sebagai lurah di
desa Tanggir, mundurnya Pambudi dari kepengurusan koperasi desa, hingga
akhirnya Pak Dirga mundur dari jabatannya. Amanat
yang terkandung dalam novel ini adalah seseorang pemimpin hendaknya menjadi
benar-benar seorang pemimpin yang mengayomi dan melindungi rakyat demi
kepentingan bersama, bukan mencari keuntungan dengan cara licik memanfaatkan
kepemimpinannya demi kepentingan pribadi.
Komentar
: setelah membaca novel yang berjudul Di Kaki Bukit Cibalak, saya menjadi
tertarik dan kagum dengan sikap dari tokoh Pambudi. Ia mau menolong orang lain
seperti Mbok Ralem yang mengalami sakit parah namun Mbok Ralem tidak mempunyai
biaya untuk berobat. Dari sikap yang dimiliki oleh Pambudi yaitu suka menolong
dan bekerja keras, dua hal tersebut menjadi pelajaran bagi saya supaya saya
tetap menerapkan prinsip tolong menolong dengan orang lain yang membutuhkan
bantuan dari saya dikehidupan. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup
sendiri, oleh karena itu sebagai manusia yang baik hati haruslah tolong
menolong terhadap sesama manusia. Selain menolong orang lain, saya menjadi
termotivasi untuk selalu semangat dalam belajar dan bekerja, kunci utama hidup
selain beribadah yaitu bekerja guna untuk memenuhi kebutuhan hidup, jika tidak
ada uang maka kebutuhan hidup kita tidak akan terpenuhi dengan baik. Agar hidup
dapat sejahtera maka kita harus bekerja. Dua pelajaran dari sikap Pambudi
tersebut dapat saya terapkan dalam sehari-hari.
next analisis novel pak ahmad tohari yang lainn🤩
BalasHapuswihhh seru neh kerenn
BalasHapuspuisinya ahmad tohari selalu bagus yaa
BalasHapuswah keren,, ditunggu analisis novel yang lainnya
BalasHapusBagus, tingkatkan dan sukses selalu
BalasHapusSalah satu novel terpopular nihhh
BalasHapusbagus banget analisisnya
BalasHapuscerpennya Ahmad Tohari emg seru² si
BalasHapusmenarik, jadi pengen baca novelnya
BalasHapusKeren banget analisisinya
BalasHapus