Analisis Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini


Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini


Sumber: Google

 

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus

Berjalan terus

Karena berhenti atau mundur

Berarti hancur.

Apakah akan kita jual keyakinan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk satu meja

Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran :

“Duli Tuanku?”

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus

Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu,

Yang di tepi jalan

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang

Penuh 

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya

Merdeka

Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa.

Tidak ada lagi pilihan lain.

Kita harus berjalan terus. 

 

Karya : Taufiq Ismail

 

 

Analisis Puisi Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini

 

1.      Diksi

Puisi bertemakan perjuangan ini banyak menggunakan kata yang menggambarkan keadaan bangsa Indonesia, kalimat dari puisi berjudul “Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini” menggunakan kalimat yang mudah dipahami maksud isinya oleh pembaca. Puisi ini menceritakan keadaan bangsa yang dinilai masih membutuhkan perjuangan, dimana penderitaan masih terjadi walaupun bangsa Indonesia sudah diakui kemerdekaannya.

Hal ini dapat kita lihat pada kalimat yang terdapat pada puisi karya Taufiq Ismail :

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Kalimat tersebut menggambarkan kesusahan yang masih dialami oleh bangsa Indonesia.

Dalam puisi berjudul “Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufiq Ismail terdapat kata-kata dalam bahasa Sumatra yaitu :

Duli Tuanku?

Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan baik tuan, atau siap bos. Munculnya bahasa yang biasa digunakan di daerah Sumatra ini karena Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat.

 

2.      Pencitraan atau imajinasi

Pencitraan atau imajinasi pada puisi ini yaitu :

·         Imaji pandang / yang bisa dilihat oleh pembaca

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang

Penuh 

 

·         Imaji dengar / yang bisa didengarkan oleh pembaca

Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya Merdeka

Dan seribu pengeras suara yang hampa.

 

·         Imaji gerak

Kita harus berjalan terus. 

Karena berhenti atau mundur

Kata berjalan, berhenti, dan mundur membuat sesuatu yang ditampilkan tampak bergerak.

 

3.      Persajakan

Pada puisi ini termasuk ke dalam puisi yang panjang serta tidak terikat pembaitan ataupun persajakan. Loncatan kesatuan sintaksis yang terdapat pada baris tertentu ke dalam baris selanjutnya juga dapat terlihat, yaitu pada kalimat:

                                    Tidak ada lagi pilihan lain.

Kita harus berjalan terus. 

            Kata berjalan terus menerangkan kalimat di atasnya atau kalimat sebelumnya.

4.      Gaya bahasa atau Majas

Penggunaan kalimat kias juga digunakan oleh Taufiq Ismail dalam karya puisinya. Taufiq Ismail menggunakan majas personifikasi yaitu terdapat pada kalimat :

                        Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Banjir, gunung api, kutuk, dan hama digambarkan dapat memukul sepeti manusia. Hal ini merupakan perumpaan dari cobaan yang datang menyengsarakan.

                        Majas yang lainnya yaitu hiperbola terdapat pada kalimat :

                        Dan seribu pengeras suara yang hampa.

Hal ini menunjukkan kalimat yang melebih-lebihkan, seperti hal yang tidak mungkin ada seribu pengeras suara namun hampa suara.

 

5.      Tipografi

Pada puisi “Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufiq Ismail, tipografi yang ditampilkan berbentuk rata kiri dan lurus kebawah. Puisi ini diberi wajah yang memperkuat makna yaitu menggambarkan ikhtiar bangsa Indonesia yang ingin maju, bangkit dari keterpurukan bangsa penjajahan. Tipografi pada puisi ini tidak terikat bait tetapi memiliki banyak baris. Puisi ini juga tidak menggunakan spasi atau jeda karena memiliki kalimat yang berupa kesatuan yang utuh, jadi tidak memiliki makna yang berbeda-beda pada tiap bait nya. Oleh karena itu penulis Taufiq Ismail menuliskan puisinya tidak menggunakan spasi atau jeda.

Makna : berisi tentang dorongan keterkungkungan rakyat negara Indonesia dari bentuk penjajahan, baik penjajahan yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri.

Komentar : setelah membaca puisi ini saya mendapatkan pelajaran positif untuk diterapkan oleh anak muda Indonesia tentunya. Pelajaran ini yaitu kita harus berjuang melakukan perubahan ke arah perbaikan nasib bangsa Indonesia salah satunya dengan cara belajar dengan giat serta bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu. Kita harus pantang menyerah dalam menggapai impian kita demi mensejahterakan serta mencerdaskan bangsa Indonesia.

 

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis drama Orang-Orang Di Tikungan Jalan Karya W.S Rendra

Analisis Drama Kisah Cinta dan Lain-Lain karya Arifin C.Noer

Analisis Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari