Menulis Drama
Lakon
Guru
Karya Nurrohmah Hidayatun
Diadaptasi dari Cerpen Karya Putu Wijaya
BABAK I
ADEGAN 1
SUASANA DI MALAM HARI
BUDI MENGHAMPIRI AGNEZ DI MEJA MAKANNYA YANG BUNDAR. TIBA-TIBA BUDI DUDUK DI
KURSI SAMPING AGNEZ DAN BERTANYA KEPADANYA. PERTANYAAN BUDI MEMBUAT AGNEZ
MENJADI SEMAKIN TAKUT UNTUK TIDAK DISETUJUI CITA-CITANYA YANG MENJADI GURU.
BUDI
Agnez, Ayah
denger-denger kamu ingin jadi guru ya? (Agnez hanya terdiam dan
menundukkan kepala)
BUDI
Kok pertanyaan Ayah ngga
dijawab? (melirik Agnez dengan mengambil sendok makan)
AGNEZ
Ya, Yah. Agnez ingin
menjadi guru (posisi tangannya sambil sedeku di bawah)
BUDI
Loh, jadi bener toh kamu
mau jadi guru? (dengan raut wajah heran)
AGNEZ
Ya, Yah.
BUDI
Kok bisa? Kenapa kamu jadi
guru, Nak?
AGNEZ
Guru itu menyenangkan,
Yah. Bisa bertemu banyak orang.
BUDI
Loh, menjadi seorang
guru itu bukanlah cita-cita yang bagus. Jadi guru tidak akan bisa membuat kamu
sukses. Gimana kamu bisa memiliki uang yang banyak seperti Ayah, jika kamu
ingin menjadi guru? (dahinya mengkerut dan alis menurun)
AGNEZ
Apa salahnya Yah, untuk
menjadi guru?
BUDI
Banyak salahnya. Menjadi
guru itu bukan suatu pekerjaan yang memiliki banyak uang, banyak guru yang
bekerjanya di sekolah pedesaan, itu tidak pantas buat kamu. Kita ini orang
kaya, hidup di perkotaan.
AGNEZ
Tapi, Yah. Menjadi guru
itu memiliki jasa pengorbanan yang sangat besar.
BUDI
Kamu tau dari mana? Coba
dipikirkan kembali.
AGNEZ
Udah aku pikir beberapa
kali dan aku tertarik jadi seorang guru, Yah.
BUDI
Kok jawabannya sama aja.
Sekarang Ayah tanya lagi, kamu mau jadi apa besok? (suara mulai
meninggi)
AGNEZ
Mau jadi guru.
BUDI
Nggak. Nggak bisa. Sama
sekali Ayah tidak akan memperbolehkan. Ayah mau kamu itu jadi pengusaha yang sukses! (mata
sedikit melotot)
AGNEZ
Apa Ayah tidak pernah
bertemu dengan guru? Sebegitu bencinya dengan profesi guru.
BUDI
Sudah Ayah bilang, guru
itu gajinya kecil, ngga cukup untuk memenuhi kebutuhan.
AGNEZ
Nggak, pokoknya aku mau
jadi guru.
BUDI
Kamu bunuh diri itu
namanya! Jadi nggak nafsu makan. (menutup mulutnya)
AGNEZ
Agnez juga bisa jadi
guru yang sukses.
BUDI
Sudah gila kamu! Ayah
kasih kamu waktu untuk memikirkan ini lagi! (Budi menggebrok meja
lalu pergi meninggalkan ruang makan).
SEKETIKA AGNEZ JUGA IKUT
BERANJAK DARI KURSI RUANG MAKAN DAN PERGI KE KAMARNYA. SAAT BERJALAN MENUJU
KAMARNYA, AGNEZ TERHERAN-HERAN PERTANYAAN AYAHNYA TADI.
ADEGAN 2
(Flashback)
AGNEZ
Gimana Ayah bisa tahu
kalau aku ingin jadi guru? Padahal sama sekali aku nggak bilang tentang ini
dengan orang satu rumah.(sambil berpikir)
AGNEZ BERJALAN DAN TERUS
MENGINGAT-NGINGAT PERCAKAPAN DENGAN DUA ORANG SAHABATNYA TADI PAGI DI
KAMPUSNYA. DAN AGNEZ PUN JUGA TERINGAT DENGAN KEDATANGAN DUA ORANG SAHABATNYA
DI RUMAH SAAT SIANG TADI.
CLARA
Ra, lihat tuh, dosen-
dosen pada jalan bergegas untuk masuk ke dalam kelas. (melihat para
dosen yang cepat-cepat dalam berjalan)
AMORA
Pasti di dalam kelas
mahasiswanya udah pada nungguin.
CLARA
(Wajah jutek) Ah, ngga enak ya, Ra. Jadi dosen tuh ngga
bisa tenang, ngga bisa nyantai, kerjaan pun banyak.
AMORA
Betul juga kamu. Jadi
dosen itu ribet.
AGNEZ TERDIAM LALU
TIBA-TIBA SPONTAN MENYAHUT PEMBICARAAN AMORA DAN CLARA.
AGNEZ
Loh, kenapa kalian ngga
mau jadi dosen?
CLARA
Ngga bisa tenang
hidupnya.
AMORA
Jadi dosen atau guru tu
berat, Nez.
AGNEZ
Aku malah ingin jadi
guru. (dengan wajah tersenyum)
AMORA DAN CLARA SANGAT
SHOCK MENDENGAR PERKATAAN DARI AGNEZ.
CLARA
Hah??? Kok bisa?
AMORA
Beneran nih, kamu. Ingin
jadi guru? Padahal kan nggak seru ya? (melirik Clara)
AGNEZ
Yap.
CLARA
Iya, Nez. Jadi guru tu,
ahhh ribet lah pokoknya. Sibuk terus, ntar ngga bisa hilling. Mana ngurus siswa
yang nakal lagi, kaya ini sebelahku, Amora. (melirik Amora)
AMORA
Eee, enak aja kamu. Aku
dulu sejak SMP sampai SMA ngga pernah nakal kaliii. (menjulurkan lidah,
ngeledek Clara)
AGNEZ
Udah-udah kalian berdua
jangan pada ribet gih. Pokoknya kalau jadi pengajar tu, beeuhhh jasanya
pengorbananya tidak akan terlupakan seumur hidup.
CLARA
Widih, sok bijak juga
kamu, Nez.
TIBA-TIBA AMORA TERINGAT
SESUATU YANG ADA DI RUMAH AGNEZ.
CLARA
Eh, Amora. Ntar kamu
bantuin aku ngerjain tugas ya.
AMORA
Yadeh, siap Bestiee.
CLARA
Tapi laptop aku baru
dipinjam kakak ku. Boleh nggak kalau aku pinjam laptopmu sebentar?
AMORA
Eh astagaaa nagaaa,
oiyaaa. Laptop aku ketinggalan di rumahnya Agnez. (menepuk dahi dan
panik)
AGNEZ
Iya waktu itu kamu lupa
nggak bawa pulang. Udah aku chat malah kamu ngga bales.
AMORA
Terus gimana sekarang?
Laptopku aman masih di tempat kamu, kan?
AGNEZ
Iya, Amora. Dah tenang
aja, ntar setelah selesai jam kuliah kamu ambil ke rumahku dulu.
AMORA
Siap deh, ntar kamu
temenin juga ya, Cla. (dengan tangan memohon)
CLARA
Okedehhh, ntar aku
temenin ke rumah Agnez.
SETELAH PULANG KULIAH,
TIGA ORANG SAHABATAN TERSEBUT KEMUDIAN MENUJU RUMAH AGNEZ. SESAMPAINYA DI RUMAH
AGNEZ. BUDI ADA DI TAMAN DEPAN RUMAH SEBELAH SAMPING KIRI SIBUK MEMBERSIHKAN
RUMPUT.
AGNEZ
Sini tunggu di dalam,
aku ambilkan laptopmu dulu di kamar.
AMORA
Aku tunggu sama Amora di
depan sini aja, Nez. Aku males lepas sepatu.
AGNEZ
Yaudah, sebentar ya, aku
masuk dulu.
SAAT AGNEZ MASUK KE
DALAM RUMAH. CLARA DAN AMORA MEMPERBINCANGKAN TENTANG AGNEZ SAHABATNYA.
CLARA
Eh, kamu tadi terdengar
jelas kan, kalau Agnez besok mau jadi guru?
AMORA
Iya, aku denger banget.
Aku bener-bener ngga nyangka. Masak anak orang kaya kok cita-citanya cuma jadi
guru? (dengan nada heran)
CLARA
Kalau aku sih nggak mau,
cita-cita kok guru? Ya jadi dokter lah. (tertawa)
AMORA
(tertawa) Ya jadi pejabatlah. Cuannya banyak. Bisa
untuk shopping setiap hari.
CLARA
Sssttt, jangan
keras-keras. Tuh, lihat disitu ada Ayahnya Agnez. Ntar denger obrolan
kita. (sambil menunjuk ke arah Budi)
TIDAK LAMA KEMUDIAN
AGNEZ KELUAR RUMAH.
AGNEZ
Maaf ya nungguin lama.
Sambil minum dulu soalnya. Nih, laptopnya.
AMORA
Makasih ya, Nez. Oiya,
kamu mau ikut kita nugas nggak?
AGNEZ
Enggak dulu deh, aku
habis ini disuruh bantu Ibu masak.
AMORA
Yaudah deh, aku sama
Clara pamit dulu ya.
AGNEZ
Hati-hati ya kalian!
AGNEZ PUN JADI TAHU
BAGAIMANA AYAHNYA MENGETAHUI BAHWA IA INGIN JADI GURU. PERCAKAPAN DARI CLARA
DAN AMORA DI DEPAN RUMAH TERDENGAR OLEH AYAHNYA.
ADEGAN 3
PUKUL 23.00 WIB BUDI
MASUK KE DALAM KAMARNYA, DAN DISANA ADA ESTI YANG SEDANG MERAPIKAN BAJU-BAJUNYA
UNTUK DIMASUKKAN KE DALAM ALMARI.
(suara pintu terbuka)
BUDI
Assalamualaikum.
ESTI
Waalaikumussalam. Kamu
dari mana aja? Istrinya baru merapikan baju, kamu malah pergi (melirik
Budi dan membuka almari memasukan satu persatu baju).
BUDI
Dari bawah, tadi ngobrol
di ruang makan sama Agnez. (nada lesu dengan raut wajah kecapekan)
ESTI
Muka kamu kok begitu
rupanya? Ada apa? Ada masalah?
BUDI
Aku kurang sabar gimana
ya ? biar bisa ngadepin Agnez.
ESTI
Ada apa dengan Agnez?
Bukankah dia baik-baik saja?
BUDI
Kemarin waktu siang
hari, aku denger obrolan Clara dan Amora di depan rumah. Ternyata baru
ngomongin Agnez yang ingin menjadi guru.
ESTI
(terkejut) Hah??? Mana mungkin dia punya cita-cita
jadi guru?
BUDI
Iya,
mana mungkin aku salah dengar. Tadi aku di ruang makan habis tanya sama dia. Dan kekeh dengan
keputusannya.
ESTI
Kenapa dia bisa berpikir
seperti itu? Sudah kuduga kalau ini semua salah didikan dari kamu! (menunjuk
Budi sambil melotot)
BUDI
Kamu jangan asal tuduh.
Gimana bisa aku salah didik Agnez? Aku mendidik anakku itu dengan penuh kasih
sayang, tulus, penuh cinta.
ESTI
Nggak mungkin. Kalau
kamu benar dalam mendidik Agnez, nggak akan mungkin dia berkeinginan jadi guru!
BUDI
Tadi sudah saya beri
nasihat, kamu jangan asal tuduh aku. Aku terus yang kamu salahkan.
ESTI
Kamu kasih tau ke Agnez. Kamu juga bisa lihat sendiri kan, gimana
latar belakang ibunya Agnez ini? Aku dari keluarga guru yang bukan PNS, hanya
guru honorer, ekonomi rendah. Gaji kecil tidak akan bisa memenuhi segala
kebutuhan. Hidup hanya pas-pas an sama aja kayak orang miskin. Dan aku nggak
mau anak kita hidupnya seperti aku dulu. Banyak susahnya!
BUDI
Iya aku tahu itu. Aku
juga paham gimana hidupmu waktu dulu.
ESTI
Pokoknya kamu harus bisa
lebih keras lagi mendidik Agnez. Aku nggak mau tahu kalau dia ingin jadi guru.
Didikan kamu itu tidak pernah tepat.
BUDI
Kok kamu bicara seperti
itu sih?
ESTI
Memangnya semua ucapanku
ini tidak benar? Kamu kan sibuk ngurusin hidup kamu sendiri, sibuk mikirin
pekerjaan dan sampai lupa dengan anak istrinya.
BUDI
Aku bekerja juga buat
hidupin anak dan istri aku. Sebisa mungkin aku memberi perhatian ke Agnez. Jadi
kacau gini kalau kamu juga nyalahin aku.
ESTI
Pokoknya, besok kamu
harus nasehatin si Agnez lagi. Aku mau anak kita nantinya bisa sukses, bisa
mempunyai uang banyak, dan hidupnya tidak kesusahan.
BUDI
Sebisa mungkin aku
memberi pencerahan lagi, supaya ia tidak keras kepala.
ESTI
Ya harus bisa, mau
gimana lagi itu kan tanggungjawab kamu sebagai kepala keluarga. Harus
bisa menasehati
dan membimbing anak dengan benar!
BUDI
Kamu aja suka
marah-marah nggak jelas gini. Paling tidak kamu juga bantu seorang suami untuk
memberi keputusan yang terbaik buat anak. (nada tinggi)
ESTI
Dah lah, aku capek
ngomong sama kamu. Mau tidur. (narik selimutnya di atas ranjang)
ADEGAN 4
PAGI HARINYA AGNEZ TURUN
DARI LANTAI DUA KELUAR DARI KAMAR. IA JALAN MENUJU MEJA MAKAN UNTUK SARAPAN.
DISANA SUDAH ADA BUDI DAN ESTI YANG MENUNGGU AGNEZ KELUAR KAMAR AKAN SARAPAN
BERSAMA.
AGNEZ
Pagi Yah, Bu. (duduk
di meja makan)
ESTI
Selamat pagi anakku
sayang. Udah siap berangkat kuliah? (menjulurkan piring ke Agnez)
BUDI
Pagi, Nak. Sini duduk
deket Ayah.
AGNEZ
Iya, ini sudah siap.
Udah semangat berangkat karena pagi ini ada UTS.
ESTI
Semangat ya! Semoga bisa
ngerjain semua soalnya.
BUDI
Gimana? Kamu udah
mikirin lagi apa cita-cita kamu besok? (sambil mengunyah makanan)
AGNEZ
Udah.
BUDI
Terus? Apa hasilnya?
AGNEZ
Aku mau jadi guru.
(Budi menggebrok mejanya
dan menyampar sebuah gelas yang ada di depannya)
BUDI
Siapa yang memengaruhi
kamu untuk berpikir seperti ini?! (nada sangat tinggi dan melotot)
ESTI
(melihat Agnez). Sayang, lihat lah Ibu waktu dulu. Hidupnya
miskin, dulu kakek dan nenek kamu juga jadi guru, dan hanya honorer. Tidak
punya uang banyak, Nak. Kebutuhan hidup tidak hanya tentang makan saja, tapi
penampilan juga perlu punya modal uang. (nada sabar dan halus)
AGNEZ
(mulai tertekan). Kenapa sih aku nggak punya satu orang pun
yang bisa support aku dengan baik? Support semua impian aku, semua keinginanku,
semua harapanku. Kenapa? Aku memang anak satu-satunya disini, tapi aku juga
berusaha menjadi yang terbaik untuk aku berikan ke Ayah dan Ibu. (menangis)
BUDI
Ayah hanya ingin, kamu
jadi pengusaha yang sukses.
AGNEZ
Tapi, apakah jadi guru
itu tidak akan bisa sukses? Seperti yang dipikirkan Ayah saat ini.
BUDI
Ya kalau Ayah pikir,
jawabannya tidak. Tempat kerja guru dimana? Ya di tempat yang kumuh!
ESTI
Sudah lah sayang, coba
kamu pikirkan kembali itu.(mengusap kepala Agnez)
AGNEZ
Aku sudah tidak sanggup
memikirkan hal ini beberapa kali. Aku sudah yakin dengan apa yang menjadi
keinginanku.
BUDI
Punya anak kok bandel
banget! (sambil melotot).
ESTI
Agnez, kamu harus nurut
apa perintah Ayahmu itu.
AGNEZ
Sudah lah. Aku mau
berangkat ke kampus dulu, keburu terlambat.
ADEGAN 5
SEPANJANG JALAN PULANG
DARI KAMPUS, AGNEZ MEMIKIRKAN PERCAKAPANNYA TADI DENGAN AYAH DAN IBUNYA. SAAT
BERJALAN BERTEMU DENGAN CLARA.
Clara
Kamu kenapa? Kok dari
tadi aku lihat mukanya cemberut terus?
AGNEZ
Iya.
CLARA
Ada apa? Sini
cerita. (sambil merangkul bahunya)
AGNEZ
Nggak aja deh, ntar
ngerepotin kamu.
Clara
Loh? Ngerepotin apa? Kan
kita sahabat sejati. (sambil tersenyum)
AGNEZ
(tersenyum tipis) dah lah, gapapa. Lupain aja.
CLARA
Jangan gitu, ntar malah
jadi tambah kepikiran lho. Sampai kamu nggak bisa tidur.
AGNEZ
Enggak, Cla. Aku tetep
masih bisa tidur kok
CLARA
Aku serius tanya, Nez.
Kamu ada masalah apa? Masalah kuliah?
AGNEZ
Nggak kok, kuliahku
baik-baik aja.
CLARA
Masalah sama pacar kamu?
hayoo ngaku aja, Nez.
AGNEZ
Jangan ngada-ngada. Aku
ga punya pucar.
CLARA
Atau masalah sama
keluargamu?
AGNEZ
Ya, Cuma dikit kok.
CLARA
Dikit gimana? Orang
mukamu dari tadi muram terus.
AGNEZ
Sebenarnya, aku bingung
harus gimana. Orang tua ku tidak sependapat denganku.
CLARA
Lha, emang pendapat apa?
Cerita aja.
AGNEZ
Orang tuaku tidak setuju
kalau aku besok akan jadi guru.
CLARA
Oh, ya pantas saja kalau
orang tuamu tidak setuju. Lha orang cita-citamu kayak sampah! (tertawa)
AGNEZ TERKEJUT DENGAN
JAWABAN DARI CLARA. HINGGA MEMBUAT SAKIT HATI.
AGNEZ
Loh, maksud kamu apa?
CLARA
Guru itu cita-cita orang
kampung! Lihat Ayah dan Ibumu, bergemilang harta. Hidupnya kamu juga di
perkotaan, masak cita-citanya kayak gitu sih. (memandang sinis)
AGNEZ
Kok kamu bicaranya
seperti itu sih. Sama-sama nggak ngedukung. Malah membuat aku jadi lebih
kepikiran lagi.
CLARA
Lah, itu fakta. Aku
nggak ngada-ngada. Coba kamu pikirin lagi deh.
AGNEZ
Dah lah, aku pulang aja
sekarang. Aku males ndengerin omongan orang-orang yang nggak tahu keinginanku.
TIBA-TIBA AMORA DATANG
MENGHAMPIRI MEREKA BERDUA, DAN MENYAPANYA.
AMORA
Heiii, ada apa ini? Kok
yang satu mukanya murung? Terus yang satunya cemberut?
CLARA
Lihat tuh, teman mu yang
satu ini.
AMORA
Ada apa?
CLARA
Masak si Agnez mau jadi
guru. Kan nggak sebanding dengan profesi orang tuanya.
AMORA
Loh, apa salahnya kalau
itu memang jadi keinginannnya?
CLARA
Ya nggak level aja sih
dia mau jadi guru.
AMORA
Jangan bicara seperti
itu, Cla. Kan kita juga nggak tahu takdir. Dah, sekarang kamu minta maaf sama
Agnez.
CLARA
Mmmm...maaf yah, Agnez.
Bicara ku dari tadi kasar. (sambil menjulurkan tangan)
AGNEZ
Nggak papa Cla, santai
aja. (dengan nada rendah)
AMORA
Yaudah yuk pulang, besok
kita ke kampus lagi.
MEREKA PULANG KE RUMAH
MASING-MASING
SESAMPAINYA DI RUMAH,
AGNEZ SEGERA MELETAKKAN BARANG-BARANGNYA. IA JUGA BERSIH-BERSIH DI KAMAR MANDI
DAN BERTEMU AYAHNYA YANG DARI KAMAR MANDI.
BUDI
Dah pulang?
AGNEZ
Udah, Yah.
BUDI
Mukamu cemberut kenapa?
AGNEZ
Nggak papa, Yah.
BUDI
Yang tadi pagi gimana?
Udah berubah pikiran lagi belom?
AGNEZ
Aku muak Yah, ditanyain
seperti itu dari kemarin. Kayak nggak ada pertanyaan lain.
ADEGAN 6
AGNEZ
(menangis) Aku
sudah tidak tahan tinggal di rumah ini bersama Ayah dan Ibu, aku iri dengan
orang lain di luar sana yang selalu di support oleh orang tuanya. Berbeda
dengan aku, anak perempuan satu-satunya, tapi harus menanggung beban dan merasa
tekanan batin. Segera mungkin aku harus pergi dari sini, dan aku harus bisa
hidup sendiri, mencari ketenangan. (mengusap air mata)
SELANG BEBERAPA MENIT KEMUDIAN, DI DALAM KAMAR AGNEZ. IA
MEMBERESKAN BAJU-BAJU DAN PAKAIAN LAINNYA UNTUK SEGERA DIMASUKKAN KE DALAM TAS
KOPERNYA. MALAM ITU JUGA, AGNEZ BERNIAT UNTUK MENGANGKAT KAKI DARI RUMAH.
AGNEZ
Aku harus kuat, aku harus tabah. Meskipun Ayah Ibu aku tidak
merestui, tetapi aku masih punya Allah yang selalu ada buat hambanya.
MALAM HARI PUKUL 21.00 WIB, AGNEZ TURUN DARI RUMAHNYA LANTAI 2. IA
KELUAR KAMAR SAMBIL MENGAMATI KEDUA ORANG TUANYA UNTUK DIPASTIKAN TIDAK
MENGETAHUI JIKA AGNEZ PERGI KELUAR.
AGNEZ
Alhamdulillah aku berhasil keluar rumah. Aku benar-benar tidak
kuat mendengar omongan Ayah Ibu dan teman-teman kemarin. Tapi aku harus pergi
kemana? Aku tidak tahu ke arah mana. (suara lesu dan sedih)
DI SEPANJANG JALAN, AGNEZ BERTEMU DENGAN SALAH SATU ORANG
LAKI-LAKI. LAKI-LAKI TERSEBUT ADALAH TUKANG OJEK. SEKETIKA AGNEZ DITANYA.
TUKANG OJEK
Mau pergi ke mana, Neng?
AGNEZ
Ke mana aja Bang. Asalkan punya rumah tinggal.
TUKANG OJEK
Lho, kok sendirian aja?
AGNEZ
Iya.
TUKANG OJEK
Udah tau mau tinggal di mana, Neng?
AGNEZ
(geleng kepala) Belum, Bang.
TUKANG OJEK
Mau Abang bantu cari rumah tinggal?
AGNEZ
Ya, Bang. Boleh
TUKANG OJEK
Yaudah, yok. Sini naik motor Abang aja. (sambil memberikan
helm)
AGNEZ DIAJAK TUKANG OJEK MENCARI RUMAH KOSONG YANG BISA UNTUK
DITEMPATI. SETELAH PERGI KE SANA KEMARI, AKHIRNYA TUKANG OJEK DAN AGNEZ
MENEMUKAN SEBUAH RUMAH DENGAN UKURAN KECIL, KONON KATANYA BEKAS DARI WARUNG
KELONTONG YANG SUDAH TIDAK TERPAKAI.
TUKANG OJEK
Dah, sampai. Di sini, Neng, tempatnya.
AGNEZ
Makasih ya, Bang. (mengembalikan helm yang sudah dipakai)
TUKANG OJEK
Di sini pokoknya aman.
AGNEZ
Ya, Bang. Sekali lagi makasih ya, Bang.
AGNEZ MASUK KE DALAM RUMAH KECIL TERSEBUT SAMBIL MELETAKKAN BARANG
BAWAANYA.
ADEGAN 7
PAGI HARINYA, PUKUL
07.00 WIB BUDI DI RUANG MAKAN PERSIAPAN UNTUK SARAPAN. BUDI MEMANGGIL AGNEZ
AGAR IA TURUN DARI KAMARNYA. NAMUN, AGNEZ TIDAK MENYAHUT PANGGILAN BUDI. DAN
BEBERAPA MENIT KEMUDIAN, BUDI NAIK KE LANTAI ATAS MENCARI AGNEZ KE KAMARNYA.
BUDI
Loh, kok Agnez nggak ada
di kamar? (mencari di dalam kamar)
BUDI
Kamu di mana, Agnez? Ayo
kita sarapan.
BUDI
Sembunyi di mana
kamu??? (suara teriak)
ESTI
Ada apa, Ayah? Kok
teriak-teriak? (panik dan berjalan menghampiri Budi)
BUDI
Ini Agnez ke mana ini?
Kok dia nggak ada di kamarnya?
ESTI
Loh, tadi malam dia
masih ada. Aku lihat Agnez masuk ke kamar kok.
BUDI
Wah, kurang ajar. Dia
main pergi-pergi aja.
ESTI
Sebentar, aku cari di
kamar mandi situ dulu.
ESTI MENCARI DI KAMAR
MANDI LANTAI ATAS.
ESTI
Sama sekali nggak ada.
Ah, ini gara-gara kamu! (mengepal tangannya)
BUDI
Mana bisa. Semuanya aku
yang disalahin.
ESTI
Dah, pokoknya sekarang
juga kamu harus cari Agnez. Sekarang! (tangannya menunjuk aah ke luar)
BUDI
Iya, sekarang aku cari.
Kamu sabar dulu, tunggu di rumah.
ESTI
Ya cepetan! anakmu
keburu pergi jauh.
ADEGAN 8
DARI PAGI HINGGA SIANG, WAKTU MENUNJUKKAN PUKUL 12.00 WIB. BUDI
PUN MENCARI AGNEZ DENGAN MENGENDARAI MOTORNYA. NAMUN, TIDAK MUDAH UNTUK MENCARI
KEBERADAAN SI AGNEZ. BUDI SUDAH MERASA LELAH DAN LETIH TIDAK MENEMUKAN ANAKNYA.
TETAPI, DISEPANJANG JALANAN, BUDI SELALU BERHENTI KETIKA TERDAPAT ORANG LAIN
YANG SEDANG NGOBROL DIPINGGIR JALAN.
BUDI
Permisi, Pak. (mengeluarkan
foto Agnez dari saku celananya). Apakah bapak pernah melihat orang
ini? (menunjuk foto Agnez)
ORANG 1
Emmm... saya tidak
pernah lihat, Pak. (geleng kepala)
BUDI
Ya sudah, Pak. Terima
kasih.
BUDI BERGEGAS PERGI DAN
MENCARI AGNEZ LAGI
BUDI
Permisi, Bu. Apakah Ibu
pernah melihat anak ini?
ORANG 2
Oh, maaf. Kebetulan saya
belum pernah lihat, Pak.
BUDI
Ya suah, Bu. Terima kasih.
BUDI TERUS MENCARI LAGI
DAN BERTANYA DENGAN ORANG-ORANG.
BUDI
Permisi, Pak, Bu. Apakah
bapak-bapak dan Ibu-Ibu pernah melihat orang yang ada difoto ini? (sambil
menunjukkan fotonya)
ORANG-ORANG
Maaf, Pak. Saya sama
sekali tidak melihat anak perempuan ini disekitar sini. Saya udah dari tadi
tidak pernah melihat gadis yang wajahnya seperti difoto ini.
BUDI
Baik kalau begitu.
Terima kasih.
NAMUN PADA AKHIRNYA PUN
BUDI MENYERAH, KARENA TIDAK MENEMUKAN AGNEZ PERGI KE MANA. AKHIRNYA BUDI PULANG
KE RUMAH.
BUDI
Assalamualaikum, Bu. Aku
tidak menemukan di mana Agnez pergi.
ESTI
Loh, kamu itu gimana
to?! Ini akibat dari kamu yang sukanya marah-marah sama Agnez. Anaknya jadi
ngambek! Didikan kamu itu memang nggak pernah benar!
BUDI
Ya aku harus usaha
gimana lagi?
ESTI
Dah, pokoknya sekarang
kamu cari lagi. Buruan, cepet!
BUDI PERGI KE LUAR RUMAH
LAGI, IA MENCARI SOSOK AGNEZ YANG KUNJUNG KETEMU.
SETENGAH JALAN SUDAH IA
LALUI. DAN PADA SAAT BUDI BERHENTI MEMBUKA HP, IA BERTEMU DENGAN TUKANG OJEK.
BUDI
Duh, di mana ini si
Agnez. Lama banget aku cari kok nggak nemu-nemu. Kamu itu di mana to, Nez?
TUKANG OJEK PUN
MENDENGAR OMONGAN DARI BUDI.
TUKANG OJEK
Permisi Pak, bapak
kenapa ya kok berhenti di sini? Motornya mogok, Pak?
BUDI
Nggak Mas, saya memang
berhenti di sini karena bingung. Motor saya nggak macet kok.
TUKANG OJEK
Loh, bingung kenapa Pak?
Bapak bingung arah dari sini?
BUDI
Bukan, Mas. Saya nggak
bingung arah. Tapi saya bingung cari anak saya pergi ke mana. Semalem dia pergi
dari rumah. (suara sayu)
TUKANG OJEK
Loh, kok bisa, Pak?
Anaknya seusia berapa?
BUDI
Ya sekitaran 20 tahunan
lah, Mas. Sudah pusing saya mencarinya. Mana di rumah saya dimarahin istri
terus karena nggak nemu-nemu anaknya di mana.
TUKANG OJEK
Ohhh, begitu. Apakah ada
foto anak bapak yang dibawa? Kalau ada, coba saya lihat.
BUDI
Ada, Mas. (mengambil
foto dan menunjukkan ke tukang ojek)
TUKANG OJEK
Ohhh...ini... saya
kemarin baru aja bertemu dengan anak perempuan ini. Malah kemarin anak ini saya
bonceng, Pak.
BUDI
Lho, kok Mas nya bisa
bertemu dengan saya? Memang anak saya dari arah mana?
TUKANG OJEK
Kemarin anak bapak jalan
kaki, sambil bawa tas koper. Dia jalan dari arah sana (sambil menunjuk
arah utara). Ia bilang kalau tidak tahu mau pergi ke mana. Katanya tidak
punya rumah tinggal lagi, Pak.
BUDI
Atagfirullah... (menepuk
dahi) sekarang anak saya tinggal di mana, Pak?
TUKANG OJEK
Di rumah kosong yang
dulunya bekas warung, Pak.
BUDI
Bolehkah saya antar ke
tempat itu, Mas?
TUKANG OJEK
Boleh. Mari, saya
antarkan, Pak.
SETELAH SAMPAI
DITEMPATNYA.
TUKANG OJEK
Ini Pak, tempatnya di
sini.
BUDI
Terima kasih, Mas. Saya
ketuk pintunya dulu.
TUKANG OJEK
Kalau begitu, saya pergi
dulu.
BUDI TURUN DARI
MOTORNYA. IA TELAH SAMPAI DI DEPAN RUMAH KOSONG YANG SEKARANG DITEMPATI OLEH
AGNEZ
BUDI
(ketuk pintu) Assalamualaikum, Agnez. Buka pintunya. Ini
Ayah datang.
AGNEZ
(terkejut) Waalaikumsalam, dari mana Ayah tau aku ada
di sini?
Budi
Ya tau. Ayah sudah
capek, Nez cari kamu ke sana ke sini.
AGNEZ
Maaf,Yah.
BUDI
Kenapa kamu kabur dari
rumah?
AGNEZ
Aku nggak kuat, aku
merasa tekanan batin, Yah. Aku udah capek di dalam rumah, di sana aku tidak
punya sosok yang bisa memberi aku kasih sayang. Ibu aja sesama perempuan nggak
bisa dukung cita-cita aku, apalagi Ayah. (Suara lesu)
BUDI
Sekarang Ayah tanya,
kamu harus jujur menjawab pertanyaan ini. Kamu ingin jadi apa? (nada
tegang).
AGNEZ
Guru.
BUDI
Oke. Kalau begitu, Ayah
kasih kamu kesempatan lagi untuk memikirkan ini mateng-mateng.
AGNEZ
Sama aja. Beberapa kali
Ayah suruh aku begini, aku ingn tetap menjadi guru.
BUDI
Nggak. Kamu boleh
tinggal di sini asalkan kamu harus berubah pikiran. Besok minggu depan Ayah
akan datang lagi. Jawabannya harus beda! Tidak seperti ini!
BUDI PERGI MENINGGALKAN
AGNEZ.
SELANG SATU MINGGU, BUDI
MENDATANGI RUMAH TINGGAL BEKAS WARUNG YANG SEKARANG DITEMPATI OLEH AGNEZ.
BUDI
(ketuk pintu) Agnez, buka pintunya.
AGNEZ
Ya, Ayah. Sebentar (berjalan
ke depan rumah)
BUDI
Tebak, hayooo, Ayah
bawakan kamu apa? (kedua tangannya di belakang badan)
AGNEZ
Nggak tahu, kan aku
belum lihat.
BUDI
Ini diaaa, Ayah bawakan
kamu sebuah laptop merk MacBook warna pink. Ini kan warna kesukaanmu? (sambil
melihatkan barangnya)
AGNEZ
Iya, Yah! Warna pink
kesukaanku! (hati senang)
BUDI
Ayah belikan untuk kamu
kuliah. Bisa untuk ngerjain tugas-tugasnya.
AGNEZ
Makasih Ayah.
BUDI
Sekarang giliran Ayah
yang ingin denger jawaban baik dari kamu.
AGNEZ
Tetap sama aja. Jadi
guru.
BUDI
Mana mungkin jawaban
kamu seperti itu, Nak? Ayah tidak percaya kalau kamu masih berfikiran seperti
itu.
AGNEZ
Ya gimana lagi.
BUDI
Nggak, Nak. Tidak
mungkin anak Ayah punya keputusan seperti itu. Dah, besuk Ayah kesini lagi.
Kamu pikirkan baik-baik.
SUDAH LAMA BUDI TAK
KUNJUNG MENDATANGI AGNEZ. TIGA BULAN KEMUDIAN BUDI MENDATANGI RUMAH ITU DENGAN
MEMBAWAKAN BARANG YANG LEBIH MEWAH LAGI BUAT AGNEZ. DENGAN HARAPAN AGNEZ MAU
MENGUBAH POLA PIKIRNYA SUPAYA TIDAK MENJADI GURU.
BUDI
Selamat pagi,
Sayang (ketuk pintu). Keluarlah Sayang. Ayah bawakan sesuatu buat
kamu.
AGNEZ
(buka pintu) Bawa apalagi, Yah? (menatap Budi).
BUDI
Mana telapak tanganmu?
AGNEZ
(menjulurkan tangan
kanannya) ini.
BUDI
(meletakkan sebuah kunci
yang dari genggamannya ke tangan Agnez) Ayah beri hadiah ini buat kamu.
AGNEZ
Ini untuk apa, Yah?
Agnez bisa pergi ke mana-mana naik ojek.
BUDI
Ini hadiah untuk kamu,
Sayang. Keren nggak? Mobil MBW spesial buat anak Ayah. (nada semangat)
AGNEZ
Tapi, Yah. Ini
merepotkan, uang nya besuk lagi bisa ditabung, buat biaya kuliah Agnez.
BUDI
Nggak, Sayang. Kamu tahu
sendiri, Ayah kan punya banyak uang. Ayah beliin kamu laptop dan mobil supaya
kamu senang.
AGNEZ BIMBANG MAU
MENERIMA HADIAH DARI AYAHNYA ATAU TIDAK. IA HANYA DIAM DAN BINGUNG.
BUDI
Sekarang Ayah mau tanya
lagi. Harapan Ayah, setelah datang ke sini dua kali dan membawakan kamu
barang-barang istimewa, keputusan yang ada dipikiran kamu dapat berubah.(memegang
dua bahu Agnez)
AGNEZ HANYA DIAM SAJA.
BUDI
Ayo, katakan, Sayangku.
Ngomong aja gapapa. Hanya tidak sabar mendengar jawaban indah dari mulutmu.
AGNEZ
Aku ingin tetap jadi
guru, Yah. (Agnez takut kalau Ayahnya memarahinya)
DAN BENAR. BAHWA APA
YANG DITAKUTI AGNEZ TERJADI.
BUDI
Hah??? Ayah tidak
menyangka kamu masih saja menjawab seperti itu! Jawabanmu hanya jadi
guru,guru,guru, dan guru!!! (melotot dan membanting kursi yang ada di
depan rumah)
AGNEZ
Maafin Agnez tidak bisa
mengambil keputusan yang lain. (matanya berkaca-kaca)
BUDI
Dasar anak durhaka! Mana
kuncinya?! Mobil BMW seharga 1 milyar kamu tolak mentah-mentah, laptop mahal
juga ditolak. Sudah gila kamu ya! Terlalu gila untuk bisa jadi guru!
BUDI PERGI MENINGGALKAN
ANAKNYA BEGITU SAJA TANPA PAMIT. IA SUDAH EMOSI DAN KEMBALI PULANG KE RUMAH
DENGAN MOBIL ITU. SETELAH SESAMPAINYA DI RUMAH, BUDI BERCERITA KE ESTI KALAU
AGNEZ MASIH SAJA SULIT UNTUK DIBUJUK. PADA HARI MINGGU GANTIAN ESTI YANG
MENGHAMPIRI KE RUMAH KECIL YANG DITEMPATI AGNEZ.
Esti
(ketuk pintu) Assalamualaikum. Ini Ibu Nak, yang datang.
(tangan kirinya sambil membawa kotak makanan)
ESTI
Sayang, buka pintunya.
Ini Ibu datang membawa makanan, Nak. (sambil mengintip dari jendela
rumah)
SETELAH 5 MENIT TIDAK
DIBUKAKAN PINTU OLEH AGNEZ. ESTI MENGETUK PINTU SATU KALI LAGI.
ESTI
Assalamualaikum, Agnez.
Sayang, kamu di mana? Apa kamu belum bangun? (ketuk pintu tiada henti)
ADEGAN 9
LAMA KEMUDIAN ESTI
PULANG KE RUMAHNYA. IA LAPOR KEPADA BUDI BAHWA AGNEZ TIDAK MEMBUKAKAN PINTUNYA
UNTUK BISA BERTEMU DENGAN ESTI. AKHIRNYA ESTI DATANG LAGI BERSAMA BUDI KE RUMAH
AGNEZ.
ESTI
Aku ketuk pintu udah
beberapa kali, Agnez nggak mau bukain. Apa dia marah sama aku?
BUDI
Ah, masa iya? Kemarin
aja aku dibukain pintunya kok.
ESTI
Ini pasti gara-gara
kamu. Dia sudah muak bertemu dengan kamu, apalagi ketambahan aku yang datang.
Pasti sudah tidak mau betemu dengan kita.
BUDI
Ya gimana lagi, anaknya
juga bandel, keras kepala.
ESTI
Aku mau bertemu dengan
Agnez. Terus gimana kalau dia nggak bukain pintu?
BUDI
Tapi nggak mungkin dia
tidak mau bertemu denganmu.
ESTI
Buktinya aja, aku ke
sana sepi. Sekarang aku mau kamu nemenin ke sana lagi. Kamu yang ketuk pintu.
BUDI DAN ESTI PERGI KE
RUMAHNYA AGNEZ
BUDI
(ketuk pintu) Sayang, ini Ayah datang. Bukain ya pintunya?
BUDI TERUS-TERUSAN
MENGETUK PINTU. HINGGA AKHIRNYA PINTU DEPAN RUMAH AGNEZ DI DOBRAK MENGGUNAKAN
KAKI. ALHASIL PINTUNYA KE BUKA. NAMUN ESTI TELAH MEMASUKI RUANGANNYA MEMANG
TIDAK ADA AGNEZ DI DALAM RUMAH ITU. BUDI MENCARI KE BELAKANG RUMAH JUGA TIDAK
ADA ORANG SAMA SEKALI. ESTI BERJALAN KEMBALI KE BAGIAN DEPAN RUMAH TIBA-TIBA
MELIHAT SEBUAH KERTAS YANG ADA DI DEKAT PINTU.
ESTI
Coba kamu lihat ini. Ini
ada sebuah kertas dan sepertinya ada tulisan di dalamnya.
BUDI
Iya, buka aja.
ESTI MEMBUKA SURAT ITU
DAN BERTULISKAN : MAAF, RELAKAN ANAKMU INI UNTUK MENJADI GURU YANG BERJASA
BESAR.
BUDI DAN ESTI GEMETARAN
MEMBACA SURAT TERSEBUT SAMBIL BERLINANG AIR MATA. AGNEZ TELAH PERGI DARI RUMAH
KECIL ITU DAN TIDAK ADA YANG TAHU SAMA SEKALI KEPERGIANNYA DI MANA.
ESTI
Aku benar-benar
kehilangan anak semata wayangku. Di mana ia pergi? (menangis kencang)
BUDI
Kamu di mana Nak? Ayah
menyesal telah melarang keinginanmu. (bersandar ditembok tampaknya
tidak kuat menahan kesedihan)
BUDI MENYADARI BAHWA
LAPTOP DAN MOBIL MEWAH UNTUK AGNEZ SANGAT TIDAK BERARTI DIBANDINGKAN DENGAN SEBUAH
KERTAS YANG TELAH DITULISKAN OLEHNYA.
ADEGAN 10
SUDAH LAMA SEKALI BUDI DAN ESTI TIDAK MENDENGAR KABAR DARI AGNEZ.
MEREKA BERDUA SUDAH BERUSAHA MENGHUBUNGI DENGAN HANDPHONE AKAN TETAPI AGNEZ
TELAH MENGGANTI NOMORNYA. HARI DEMIHARI, BULAN DEMI BULAN, TAHUN DEMI TAHUN
TELAH MEREKA LEWATI SECARA IKHLAS DENGAN KEPERGIAN AGNEZ. NAMUN DI SUATU HARI,
BERTEPATAN DENGAN 10 TAHUN KEPERGIANNYA, AGNEZ TELAH HADIR KEMBALI KE DALAM
RUMAH AYAH DAN IBUNYA.
BUDI
Semalem aku mimpi bertemu dengan Agnez, aku sangat rindu dengan
anakku.
ESTI
Kita sabar aja, kita doakan semoga dia baik-baik saja di tempat
mana pun dan kapan pun. Semoga segera pulang kembali ke rumah ini.
BUDI
Ya, semoga saja begitu.
HARI SEMAKIN SIANG, BUDI DAN ESTI DUDUK DI RUANG KELUARGA SAMBIL MENONTON
TV. TIBA-TIBA ADA SUARA ORANG LARI-LARI MENUJU DEPAN RUMAHNYA.
BUDI
Siapa itu yang lari-lari, kok ada yang lari mau kesini?
ESTI
Mana? Aku nggak denger (sambil memerhatikan suaranya)
BUDI
Itu lho. Coba aku lihat ke sana (jalan menuju pintu depan
rumah)
AGNEZ
Ayahhh!!! Aku datang!!! (suara keras dan gembira)
BUDI
Ha...hahhh... Agnez...Agnez...kamu pulang??? (terkejut)
ESTI
Ada apa Yah? (jalan menuju depan rumah). Hah???
Agnez!!! Ya allah Agnez kamu pulang??? (terkejut)
MEREKA BERTIGA LANGSUNG BERPELUKAN KARENA TIDAK DISANGKA AGNEZ
BISA PULANG KE RUMAH DAN TIDAK LUPA DENGAN KEDUA ORANG TUANYA.
BUDI
Alhamdulillah, Ya Allah kamu pulang. Maafin Ayah, Nak. Ayah sudah
terlalu banyak salah dengan kamu (meneteskan air mata)
ESTI
Maafkan Ibu juga ya, Sayang. Ibu dan Ayah telah melakukan
kesalahan yang sangat menyakitimu (mengelus kepala Agnez)
AGNEZ
Iya, Yah, Bu. Agnez maafin. Agnez juga minta maaf dengan Ayah dan
Ibu karena sejauh ini telah membuat Ayah dan Ibu khawatir akan cita-cita anaknya.
Dan sekarang alhamdulillah Agnez bisa nurutin permintaan Ayah.
BUDI
Hah??? Kamu nurutin permintaan Ayah? Kamu bekerja apa, Nak
sekarang?
AGNEZ
Aku menjadi pengusaha besar yang selalu mengekspor dan mengimpor
barang-barang kerajinan tangan di berbagai wilayah mancanegara. Agnez juga bisa
menjadi guru, Yah. Karena karyawan yang masuk ke perusahaan ada banyak, kurang
lebih lima ratus karyawan.
ESTI
Hah??? Lima ratus karyawan? Banyak banget karyawanmu (terkejut)
AGNEZ
Iya, Bu.
BUDI
Banyak karyawan itu kamu beri pelajaran apa saja, Sayang?
AGNEZ
Banyak, seperti bagaimana menjadi seseorang yang jujur, tanggung
jawab, menjadi seorang yang bisa bekerja keras tanpa banyak mengeluh.
(Flashback)
AGNEZ
Selamat pagi teman-teman semua. Setelah kemarin saya mengajarkan
ke kalian untuk bisa menjadi orang yang jujur, kali ini saya akan memberikan
sebuah ilmu yakni berupa bagaimana caranya agar bisa menjadi orang dapat
bekerja keras dengan pantang menyerah. Sebelumnya saya mau tanya ke teman-teman,
apa yang dimaksud dengan bekerja keras?
KARYAWAN 1
Saya tau buk, kerja keras ialah bekerja yang lebih banyak
menggunakan sebuah tenaga manusia.
AGNEZ
Yap. Betul. Dan apa arti dari pantang menyerah? Kalau ada yang
tahu, boleh dijawab.
KARYAWAN 2
Pantang menyerah merupakan sikap dari seseorang yang tidak putus
asa dalam melakukan segala hal.
AGNEZ
Bagus. Jadi pantang menyerah itu sikap pribadi dari seseorang yang
tidak pernah putus asa dalam melakukan berbagai macam hal. Misalnya saja dalam
bekerja, ketika bekerja tetapi seorang tersebut mudah menyerah, mudah putus asa
dan tidak bersemangat, sudah tentu orang tersebut tidak akan sukses.
KARYAWAN 3
Jadi kita sebagai karyawan harus bekerja keras tanpa menyerah ya,
Bu?
AGNEZ
Ya, benar. Kita sebagai manusia yang ingin sukses, ingin banyak
rezeki, sudah pastinya harus bekerja keras dan tidak mudah putus asa. Jadi kita
semua harus semangat terus dalam menjalani pekerjaan, supaya perusahaan ini
bisa memiliki omzet yang terus meningkat. Dan bisa untuk memenuhi kebutuhan
hidup kita semua.
(kembali ke masa kini)
BUDI
Wah hebat anak Ayah!!! (memeluk dengan senang)
ESTI
Ibu tidak menyangka punya anak perempuan satu yang sehebat ini,
sekuat ini, dan setangguh ini.
AGNEZ
Ini semua berkat Ayah dan Ibu juga, karena telah membesarkan Agnez
hingga menjadi sukses. (tersenyum)
ESTI
Ehhh, yuk masuk dulu. Udah lama kamu nggak ada di rumah ini. (sambil
membawakan tas dan barang bawaan milik Agnez)
~SELESAI~
keren abis
BalasHapuskeren banget naskahnya jadi kepo kalau dipentaskan
BalasHapuswahh keren banget naskah dramanya
BalasHapuswow kerenn
BalasHapuskerenn abiezz
BalasHapusmenarik bangettt yuyuuu bikin lagii
BalasHapusemang boleh seniat ini?
BalasHapusdramanya baguss bbisa nih ditampilin
BalasHapus